Sabtu, 04 September 2010

kerinduan

langit biru sayup menyambut dinginnya pagi.. dan aku pun terbiasa bangun bersama kawanku lainnya..
menjadi seorang prajurit demi bangsa di negara orang lain.. kami berjuang memperluas tanah bangsa kami..
butir demi butir peluru aku layangkan.. tak ada yang ku pikirkan, selama aku menginjak tanah perang ini selain memberikan nyawa ku layaknya bunuh diri..
beruntung.. aku masih bisa bernafas dengan segarnya dan menulis secarik kertas untuk istri dan anak ku..
kerinduan tak dapat lagi ku bendungkan.. rasa ingin bertemu, rasa putus asa kembali pulang, rasa panik akan keadaan keluarga disana.. semua menjadi satu dalam selembar kertas..
abjad per abjad ku ukirkan dan menari diatas kertas.. meyakinkan bahwa aku benar-benar ingin bertemu istri anak dan keluargaku.. dengan memandangi wajah mereka dari foto saja rasanya kurang membuat jiwa ini padam..
akhirnya surat ku pun selesai dibuat dan ku layangkan pada prajurit merpati yang bertugas mengirimkan surat..
dengan tersenyum prajurit itu menerima surat dan memasukkannya kedalam tas yang berisikan kerinduan prajurit lainnya berharap bisa segera pulang dan memeluk erat keluarganya..
prajurit pengantar surat pun pergi mengirimkan surat-surat kami..
aku berbaring diatas kasur keras dalam tenda.. menunggu aba-aba selanjutnya dari atasan akankah perang ini berlanjut karena kemenangan pun mudah ditebak saat ini..
ku tatap lagi foto keluarga ku yang senyumnya bisa meredam situasi disini..
lelah ku tak terasa.. kenangan itu mengingatkan ku dimasa penjajakan kami sebelum menikah..
ahh sungguh harapanku ingin pulang sangat besar.. dan akupun terlelap dalam tidurku..
namun sayang, dentuman keras membuatku terhujat berat dalam tidurku.. aku pun terbangun..
semua panik.. semua bersiap dan bersiaga untuk bertahan dan memukul mundur musuh..
aku pun lari dengan senjata ku.. butiran peluru terjun dimana-mana.. kawanan prajurit ku yang lain pun tumbang sedikit demi sedikit.. aku mencoba menolong mereka, sebisa mungkin bahkan menarik tubuh hampa mereka agar bisa dikenang di tempat asalnya..
namun ini masanya, situasi tidak seperti dan tidak sewangi apa yang kami rasakan sebelumnya..
terjebak dan kehilangan arah, aku bingung akan kemana ini berlabuh.. hingga aku sadar bahwa peluru sudah bersarang di dada ku.. aku terjatuh.. terbaring lemas..
aku tetap berusaha membuka mataku.. walaupun sayup aku mampu melihat foto keluarga ku disana..
dan aku sadar.. secarik kerinduanku pun tak akan sampai ditangan keluargaku..
aku pun merangkak terus berusaha meraih foto itu.. hingga akhirnya aku pun memeluknya..
tak kuasa menahan beban ini, aku pun menutup mata.. sampai saatnya tiba..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar